Bantengan di Mataku

Rio adalah anak yang sangat menyukai bantengan. Setiap kali ada festival yang juga diikuti oleh bantengan, dia selalu menontonnya. Bahkan, karena terlalu terobsesi dengan bantengan, dia selalu merekamnya dan menjadikannya video.
Rio memiliki teman yang sama maniaknya dengannya, yaitu Adi, Doni, Rizki, Bayu, dan Ardi. Mereka selalu bermain bantengan bersama di lapangan. Seperti kali ini, mereka berkumpul pada jam 3 untuk bermain bantengan. Kebetulan sekali hari ini ngajiannya libur, karena gurunya pada rapat PKK saudara-saudara. Dan seperti yang direncanakan, mereka membawa alat bantengannya sendiri-sendiri.
“Ayo hom pim pa dulu. Nanti biar gak rebutan lagi kayak kemarin.” Kata Rio. “HOM PIM PA!!!” Sahut mereka bersamaan. “Horee. Aku dapat pawang,” Seru Adi. “Aku dapat banteng depan,” Lanjut Rizki. “Aku banteng belakang,” kata Rio. “Kami HARIMAU!!!!” Seru Bayu dan Ardi bersamaan. “Ayo sekarang kita main,” Kata Rio. Mereka Bermain sampai adzan Magrib. “Oke, kawan-kawan. Kita bubar sekarang. Dah magrib lagian.” Kata Rizki sambil berlari-lari. “WOIII !!! Tunggu dong. Jangan Ditinggal atuh.” Teriak Ardi sambil bergegas cepat lalu berlari menyusul Rizki. “Kalau kita masak ditinggal juga?” Tanya Rio. “IYA,” Seru Ardi dan Rizki. “Jahat !!! nanti gak kubantuin ngerjain pr loh.” Teriak Doni. “Oke-oke. Cepetan nanti keburu dimarahin ma ortu.” Sahut Rizki dari kejauhan. Mereka langsung pulang dan melakukan aktivitas malam mereka.
“Bangun tidur, kuterus mandi, tidak lupa menggosok gigi.” Nyanyi Rio di kamar mandi. “Hei, jangan nyanyi dong di kamar mandi. Yang ngantri banyak nih,” Seru kakaknya memberitahu. “Oke kakakku yang sangat bawel walaupun pintar. Aku mentas deh.” Sahut Rio malas-malasan sambil keluar dari kamar mandi. “Cepetan makan terus berangkat sana.” Lanjut kakaknya yang langsung dikerjakan oleh Rio.
Sesampainya di sekolah, Rio kumpul dengan teman-temannya (yang kemarin sore ikut main bantengan itu loh). Mereka membuat geng yang bernama Dark Bull. Dinamai demikian karena menurut mereka, yang cocok melambangkan aura bantengan yang magis itu hanya nama itu. Sehingga mereka menggunakan nama tersebut. Sampai-sampai, mereka dijuluki prisoner of bull. Mereka diam saja dipanggil begitu, bahkan sampai berterima kasih sama yang buat julukan itu. Memang aneh ya saudara-saudara. Masa dijuluki begitu gak marah, tambah senang banget? (Memang terserah yang buat dong mau dibikin kayak apa).
“Hoi Dark Bull, kumpul,” seru Doni memberi aba-aba. “Ada apa?” Tanya Rio. “Besok akan ada festival bantengan dari Stadion sampai Balai Kota. Mau lihat gak?” Tanya Doni sambil menatap semua dengan arti “Kalau gak datang pasti nyesal.” “Oke. Kumpul dimana?” Tanya Ardi sambil menggaruk kepalanya (Iih, belom keramas nih.) “Di Tambal Ban yang terletak di Jalan Agus Salim saja.” Usul Adi yang rumahnya dekat situ. “Oke, sekarang dah diputuskan tempat kumpulnya. Sekarang bubar barisan, Jalan!” Seru Rizki yang gak sempat kebagian ngomong tadi ( Emang upacara bendera apa pake bubar barisan?)
Keesokannya, Rio bangun dengan malas-malasan setelah dibangunkan dengan susah payah oleh kakaknya. ( Dah lupa kali sama janji gengnya ). Setelah melihat jam, Rio langsung bergegas mandi, makan, dan langsung berangkat. ( Iih, malu belom pake baju. Tapi dalam cerita ini lain. Dia bisa menggunakan baju secepat kilat.) Lalu Rio mencari teman-temannya. “Dasar, ni anak dicariin malah terlambat. Susah tau cari tempat yang strategis.” Sahut Doni yang langsung disambut maaf sama Rio. “Ayo sudah kita lihat fetivalnya” Kata Rizki yang segera disambut dengan anggukan para Dark Bullers lainnya. (Wah-wah, pencinta damai rupanya) Mereka langsung menonton dengan asyik.
Setelah selesai, mereka saling mengungkapkan komentar terhadap festival tadi. Dan disimpulkan bahwa tradisi bantengan sudah mulai punah walau masih ada yang memainkannya. Mereka bertekad untuk tetap melestarikannya agar anak cucu mereka masih bisa melihat kebudayaan mereka. Dan mereka berusaha untuk itu hingga nanti ketika ajal mereka menjemput. Dan pada saat itu, mereka akan kembali ke pangkuan-Nya dengan senyuman bahagia. ( Kok dramatis banget deh.) Yah, pokoknya jangan sampai kita melupakan tradisi kuno kita ini dan tetap melestarikannya walau mengandung unsur mistik deh.

0 komentar:

Posting Komentar

Kagamine Rin Len Playlist


MusicPlaylistView Profile
Create a playlist at MixPod.com