Tongkat Persahabatan
“Bebas adalah segalanya,… Bagiku, bagimu, dan bagi semua orang”
Pagi ini, aku terbangun dari tidurku. Terasa aneh sekali mimpiku itu. Terasa sangat nyata, tapi juga tidak nyata. Kulihat jam untuk mengetahui waktu. Ternyata masih jam 4 pagi. Segera ku bergegas untuk sholat dan mandi.
“Apa maksud dari mimpi tadi????” pikirku setelah mandi. Aku mengabaikannya dan berganti baju. Aku membuka jendela dan melihat pemandangan biasa dari kamarku. Aku merasa bosan dengan hidupku yang biasa – biasa saja. Aku menuju komputer untuk bersurfing ria di dunia maya.
“Ohayou-desu,….” Tulisku di dalam grup di facebook. Kulihat notifikasiku yang seperti biasa banyak,… sekitar 40-an. Banyak diantaranya adalah status baru. Aku membuka tab baru dan mengetik youtube.com. Muncullah situs youtube yang berisi berbagai video yang diupload oleh pengguna youtube di seluruh dunia. Aku pun login dan mencari video yang aku suka.
“Hmm,… seperti biasa lagunya Rin, Len, dan Gumi memang enak didengar. Mending aku melihat notif di grup saja.” Pikirku sambil membuka facebook. Kulihat di grup, wall terbaru adalah statusnya Chi-chan yang berbunyi :
“Minna~ slamat kan aku dr neraka itu~
TTATT
*lari msk grup, smbil nangis" gaje*”
TTATT
*lari msk grup, smbil nangis" gaje*”
Langsung saja aku membalas wallnya. Aku memang tak mengerti kenapa Chi-chan menulis status gaje itu. Setelah aku membalasnya, ternyata dia bilang nerakanya adalah matematika,… Kontan saja aku tertawa melihat komennya. Aku membalas komennya, mengatakan bahwa aku berbela sungkawa dengan nilainya yang memang hancur itu.
“Aya, ayo makan” Suara ibuku terdengar. Maka kutinggalkan computer dan makan. Wajahku tampak malas – malasan makan. Jelas saja, ada sms yang masuk di hpku,…. Isinya begini,…..
“Aya, besok prny apa???” Aku menjawab secara singkat dan mematikannya. Lalu, aku melihat jam dan menyadari bahwa jam udah menunjukkan jam 5 kurang 5 menit. Segera ku bergegas menyiapkan barang – barang dan pergi ke masjid Nur.
Sesampainya di sana, aku melihat semua teman – temanku sudah berkumpul. “Aya, kok baru datang???”, “ Aya, kamu habis dari mana saja???”, “ Aya, aku kira kamu telat”, dan berbagai pertanyaan lain kuhadapi dengan sabar. Nah, kalian sudah tahu aku, kan? Ho, belum tahu toh. Aku adalah Izma Alhudya Ahmad, anak kelas 6A yang baru saja lulus dalam UASBN tahun ini.
Kalian tahu kenapa kami berkumpul sekarang??? Aku dan teman – temanku akan pergi ke WBL, walaupun sebenarnya kami sangat ingin ke Yogyakarta. Oh ya, perkenalkan teman – temanku yang ikut hadir bersamaku. Yang pertama Hani, dia mungil dan anak termuda di kelas. Lalu Ayik, yah namanya sih Ni’mah tapi tidak enak kan memanggilnya begitu. Dan ini Nela, dia jangkung seperti aku tapi kulitnya lebih putih. Dan jangan lupa Sarah dan Rara, Sarah adalah sahabat baikku dan Rara adalah teman sebangku saat di kelas.
Sudah dulu perkenalannya. Sekarang, kami menaiki bus yang cukup besar. Memang sudah kebiasaan kali sehingga aku duduk disamping Rara. Di depanku adalah Nela dan Kiki, teman baik Rara. Sarah hanya mengantar, karena dia tidak mampu untuk mengikuti darmawisata ini. Dan akhirnya, setelah beberapa saat, kami berangkat.
Di perjalanan, karena entah musim liburan, kami terjebak macet. Tapi kami tetap enjoy saja dalam perjalanan ini.
“Ya, mau nggak???” Rara menawarkan kue coklat padaku. “Hmm,… kue coklat,… bolehlah” kataku sambil mengambil kue itu. “Minta dong kuenya” sahut Kiki dari depan. “ Ini” Kata Rara saat memberikan kue coklatnya pada Kiki. “Makasih ya” Kiki berkata itu sambil memakan kuenya.
Yah, kami melakukan perjalanan yang lumayan jauh, mengingat WBL terdapat di Tanjung Kodok (yang aku lupa geografisnya). Tiba tiba,…
“Hoeeek,…” Terdengar suara anak muntah. Kami reflek langsung menoleh kebelakang. Ternyata, yang muntah adalah Dinda, temanku yang lain. Kontan kami menutup hidung dan berbalik ke depan. Untung sang sopir menyediakan semprotan, sehingga kami tidak terganggu oleh bau itu. Untuk menghilangkan perasaan muak, kami berkaraoke ria dalam perjalanan.
“Ya, lihat di sana, kita sudah mau sampai.” Seru Nela dari depanku. Aku langsung menoleh ke jendela. Ya benar, itu adalah pintu masuk ke WBL, yang penuh oleh bis – bis yang berjejer.
“Nel, Yik, Han, Ra, nanti yuk bareng – bareng ke sana” Kataku pada teman – temanku. “Oke, Ya,… aku siap kok jadi guide kamu,…” Kata Hani yang membuat kami tertawa dengan riang. Yah, dibandingkan dengan yang lain, aku baru pertama kali ke sini. Jadi masih meras` awam gitu.
Kami diberi tiket masuk, dan kami langsung berbaris rapi untuk memasuki WBL. Ternyata, WBL itu juga cukup luas dan memiliki lebih banyak permainan air disbanding di tempat lain, mengingat tempatnya yang berbatasan langsung dengan laut. Kami berlima bermain dan bermain sampai kecapekan. Lalu, aku dan Nela berinisiatif untuk berenang. Yang lain ternyata tidak ikut karena mereka sudah lapar. Jadi mereka meninggalkan kami dan pergi ke bis.
“Nel, yuk cepetan. Nanti bisa – bisa ngantri lama nih” kataku sambil menarik tangan Nela. Kami berdua segera berlari menuju kamar ganti untuk berganti baju dan bersiap – siap untuk berenang.
Wah, asyik sekali airnya! Memang sih aku tida berenang karena tidak bisa, tapi airnya betul – betul asyik deh jika ingin berenang. Kami berdua berenang sampai perut kami keroncongan.
“Ya, udahan uyk. Udah laper nih” Kata Nela saat keluar dari kolam. “Iya aku juga lapar. Yuk ganti terus keluar” Kataku kepada Nela.
Nah, di sini letak permasalahannya. Kami berdua ganti di tempat yang berbeda. Saat aku keluar, aku sudah tidak melihat Nela lagi. “Nel, kamu dimana??? Jangan tinggalkan aku di sini” Kataku sambil mencari Nela. Aku bertemu dengan teman yang lain dan kutanyakan keberadaan Nela, tapi tak ada seorangpun yang tahu. “Nel,… Jangan tinggalkan aku,…” Isakku. Memang malu sih untuk mengatakannya, tapi aku menangis sendirian.
“Lho, adik,… ngapain adik di sini?” Tanya seseorang yang membuatku kaget. Aku menoleh untuk menyadari bahwa dia adalah pak satpam. “Pak, tahu nggak jalan keluar dimana???” Tanyaku. “Oh, jalan keluar ada di sana, dik. Mau bapak antarkan???” “Tidak pak, terima kasih.” Kataku dan bergegas pergi menuju pintu keluar.
Ini kejutan banget. Saat aku di pintu keluar, kulihat Nela berada di pintu, kelihatan takut. “Nela!!!” Teriakku, berharap untuk mencapainya. “ Aya!!!” Teriaknya kaget melihatku berdiri di dekatnya. “ Kamu dari mana saja? Kok udah hilang???” Tanyaku. “Hehe, maaf tadi aku kira kamu sudah keluar, jadi aku cepat – cepat ke sini. Ternyata aku malah kecepatan ya,…” Katanya. Kami tertawa dan beriringan keluar untuk makan dan sholat.
Setelahnya, kami berkeliling di tempatpenjualan souvenir. Banyak sekali souvenir yang ada di sana. Yang kubeli adalah 3 gantungan kunci dan sebuah dompet. 1 gantungan kunci untuk Sarah, dan dompet untuk ibuku.
Akhirnya, pada jam 5 sore kami pulang. Kami kembali naik mobil dan melihat – lihat pemandangan. Jam 6 malam langit sidah gelap. Kututup selambu dan kumainkan hp milik Kiki. Bangku Kiki dan Nela mereka putar, sehingga kami saling berhadapan. Kami berempat main dengan riang sampai Kiki dan Rara tidur. Aku dan Nela tetap terbangun hingga sampai di rumahku pada jam 10 malam. Kami berdua turun dari bis dan berjalan pulang ke rumah masing – masing.
Itulah hari terbaik dalam hidupku saat ini. Kuharap kita masih bisa bermain bersama lagi kapan – kapan, melihat kami sama – sama tenggelam dalam kesibukan masing – masing. Tapi, aku berkata dalam hati, “We are Best Friends Always and Forever”
Tamat
1 komentar:
Nduk-ku sayang, tulisanmu bagus sekali. Coba buat cerita tradisional seperti yang dulu tentang "Bantengan" tuh, pasti banyak yang akan lihat.
Posting Komentar