November 4th, 2014
16.19 P.M
Admin, Log in
--------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Waduh, mimin lupa curhat nih kali ini..... Siapa yang harus disalahkan ini???? (Reader : Salah lu sendiri toh min!!! ; Admin : *Tewas, lalu bangkit lagi...*)
Oke, Mimin nggak akan curhat deh, langsung aja cekidot~
--------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Four Leaf Clover - Cyber Summoner
Pagi itu adalah pagi yang biasa. Penuh dengan kesibukan khas yang entah bertumpuk menjadi satu. Pada pagi itu juga Rina menjalankan aktivitasnya seperti biasa. Yah, yang pasti bersiap menuju sekolahnya.
Sekolah St. Merry Rose, sekolah yang khusus menampung anak-anak yang berbakat setelah diseleksi dengan ketat. Dan dia sendiri adalah salah satu yang terpilih untuk bersekolah di sana. Bukannya Rina membenci itu, hanya saja rasanya aneh saat terpisah dengan teman-temannya. Apalagi saat dia mengetahui jurusan yang tersedia untuknya adalah jurusan IPA. Rina yang merasa tidak bisa dibilang jenius tapi tidak bodoh-bodoh amat merasa ganjil. Tapi mau bagaimana lagi, dia sudah diterima, apalagi sekolah itu gratis, maka ya diambil saja kesempatan itu.
Sekolah St. Merry Rose, sekolah yang khusus menampung anak-anak yang berbakat setelah diseleksi dengan ketat. Dan dia sendiri adalah salah satu yang terpilih untuk bersekolah di sana. Bukannya Rina membenci itu, hanya saja rasanya aneh saat terpisah dengan teman-temannya. Apalagi saat dia mengetahui jurusan yang tersedia untuknya adalah jurusan IPA. Rina yang merasa tidak bisa dibilang jenius tapi tidak bodoh-bodoh amat merasa ganjil. Tapi mau bagaimana lagi, dia sudah diterima, apalagi sekolah itu gratis, maka ya diambil saja kesempatan itu.
“Ibu, aku berangkat dulu…” katanya
dalam hati. Orang tuanya telah meninggal karena kecelakaan pesawat terbang 5 tahun lalu. Ia sendiri
selamat karena kebetulan dia tidak ikut. Padahal saat itu dia telah dipaksa
sama ortunya untuk ikut. Yah, entah dibilang untung atau rugi, yang penting dia
tetap hidup.
Rina Camilla, umur 13 tahun, kelas 1 C di St. Merry. Anak yang
terlihat biasa-biasa saja itu, memiliki sebuah rahasia. Rahasia yang jika
diketahui umum akan menimbulkan masalah. Lah iya, walau otaknya nggak begitu
jenius, namun dia sangat lihai dalam dunia komputer terutama urusan hacking.
Tenang saja, dia tidak berniat untuk menghack perusahaan-perusahaan, kok. Dia
hanya menggunakan keahliannya untuk membantu perusahaan yang benar-benar
membutuhkan dan bukan untuk merusak.
Baju sudah dipakai, tas dijinjing,
headphone ditelinga, dan Rina pun siap. Segera ia melangkah keluar apartemen
yang telah ia sewa dengan uang hasil kerjanya itu. Kerja legal kok, bukan kerja
yang aneh-aneh. Udah deh, reader
nggak usah sewot dulu. Nyari ide nih susah. Coba bayangin kalau reader tertjinta yang berada di posisi
Mimin??
Oke, lanjut cerita. Apartemen yang
disewanya itu berada dekat dari sekolahnya. Kan rugi kalau keluar ongkos
transportasi. Mana dia belum boleh bawa motor, lagi. Maklum, di daerah sekitar
sana hukumnya super keras. Lebih baik diikuti saja deh.
“Rina-chan~” terdengar suara dari
balik punggung Rina. Ia terdiam sesaat, sebelum merogoh kantungnya yang berisi
semprotan cabe rawit yang super pedas seperti sambalnya *BC extra pedas itu loh~
“… Apa, Leon??” katanya dengan aura
sadis yang mengalahkan shinigami
a.ka dewa kematian (?) yang mau nyabut nyawa.
“Aduuh… sakit ah, Rina-chan. Masa teman
sekelas dikasih aura sesadis itu???” tanya anak cowok dengan rambut coklat
pendek dan mata kuning keemasan yang dipanggil Leon oleh Rina sambil mendekatinya
yang sudah memasang tampang super jutek.
“Yaah, aku kan tak tahu apa yang
akan dilakukan oleh seorang pervert
seperti kamu.” ucapan yang langsung
membuat Leon jatuh terkapar
ala anime dengan anehnya, dan Rina yang anime sweatdrop melihat keanehan Leon.
“Udah deh, Leon. To the point aja. Apa yang kamu lakukan
di sini??”
“Hanya ingin mengajakmu berangkat
bareng. Yah, seperti teman lah…”
“Memangnya kau temanku??” jawab Rina
yang sukses menancapkan panah beracun tepat ke hati Leon.
“Kau jahat, Rina-chan!!! Aku kan
hanya ingin kau aman-aman saja…”
“… Bukannya kau yang paling tahu
soal kemampuan bela diriku yang lebih dari cukup untuk menghajar para preman
itu, ya???”
“Tapi sebagai cewek kau harusnya
lebih feminine, biarkan cowok saja
yang mengurusi hal kotor seperti ini!!”
“Tapi… yah, sudahlah. Lakukan saja
sesukamu.” kata Rina sambil terus berjalan disusul Leon yang berada
disampingnya.
“Horee~ Jalan bareng Rina-chan~”
seru Leon yang langsung disambut timpukan tas oleh Rina. ‘Beneran,
kenapa aku sial banget sih hari
ini,’ tanya Rina dalam hati.
Yah, Leon adalah salah satu dari
sedikit orang yang mengetahui rahasia Rina. Bahkan bisa dibilang, dia adalah
orang pertama yang mengetahui tentang kelebihan- ato kemampuan Rina itu.
“Hei, Rina… Nanti malam, di tempat
biasa.” usik Leon, tangannya melempar handphone
yang dimilikinya ke udara
“Iya, aku tahu. Siapa saja yang
datang??” tanya Rina
“Lumi bilang, ia, Nicholas,
RedCross, dan Shadow datang.”
“Lumi… Baiklah. Tunggu aku di tempat biasa.”
“Roger, Vanryr”
“Sudah kubilang jangan panggil aku
dengan char name di dunia nyata!!!”
“Hehe, sudah kebiasaan manggil kamu
dengan nama itu~”
“Berisik, Morgue.”
“Dan kau sekarang memanggilku dengan
nama charku?? Itu sangat tidak baik, Vanryr~”
“Yah, kau duluan yang memanggilku
Vanryr.”
“... Iya deh, aku mengaku kalah.”
“Sudah seharusnya. Eh, sekolah dah
dekat. Yuk cepetan, nanti keburu telat.” seru Rina sambil mulai berlari
meninggalkan Leon.
“Eeh!! Tunggu aku, Rina-chan~”
-Skip Time, sampai waktu istirahat-
-Oleh : ???-
“Hhh... akhirnya selesai juga~”
sorak Rina dalam hati. Maklum, IPA bukan hal yang disenanginya. Yah, itu karena... Rina takut dan benci sama yang
namanya serangga, hewan-hewan menjijikkan, dan juga terutama, karena ada
praktikum setiap bulan yang melibatkan “membedah tubuh hewan-hewan tak
berdosa”. Sungguh deh, kalau bisa, dia pasti kabur saat praktikum. Tapi
sayangnya, ia tak bisa.
“Rinacchi~ Yuk makan~” seru salah
seorang temannya yang berambut coklat panjang dan diikat ponytail kepada Rina.
“I-iya,” jawabnya gugup.
“Hehe, tenang saja. Jika mereka
mengganggumu lagi, akan kuhajar mereka sampai semua tulang mereka remuk tak
bersisa.” sahut Leon dari belakang Rina seraya memeluknya.
“Hyaaa!! Le-Leon!! Sudah kubilang
jangan mengagetkanku!!!” ucap Rina seraya menepis tangan Leon.
“Habisnya kau lucu sih, lagipula
aturan ada untuk dilanggar~”
“LEON!!!”
“Maaf, maaf. Yuk, makan~” sahut Leon
sambil beranjak pergi.
“Iya...” sahut Rina pelan. Dan entah
kenapa, saat Ia mau beranjak dari bangkunya, terdengar suara yang cukup keras.
-Insert suara ledakan yang super epic menurut reader
tercinta//plakk-
“A-apa itu, Leon??” Rina terdengar
takut. Tangannya menggenggam jaket Leon dengan super erat.
“Ledakan??? What the hell!! Sebenarnya ada apa dengan sekolah ini??” teriak
Leon dengan muka I Hate This.
“Hey, guys!! Lihat! I-itu...!!!” ucap seorang siswa yang berada di dekat
jendela.
“Wha-what!!!
Sejak kapan Nightmare bisa memasuki
pelindung yang menyelimuti sekolah ini??!!” sahut Leon. Yah, semua siswa
menyetujui pendapatnya, jadi kelas menjadi berisik.
“Ni-nightmare...
kenapa???” sahut Rina takut. Ia merasakan tubuhnya menggigil ketakutan melihat Nightmare yang mencoba untuk memasuki
gedung sekolah.
“Murid-murid yang berada di kelas
harap segera menyelamatkan diri. Ikuti petunjuk dari guru.” Begitulah seruan
dari speaker yang tertanam di kelas-kelas. Para guru sudah bersiap di luar,
membantu mengevakuasi para siswa menjauh dari Nightmare. Tapi tetap saja kepanikan terjadi di dalam. Yah,
terakhir kali Nightmare menyerang
sekolah itu, sekitar 32 anak sukses menjadi korban dari kekejaman mereka.
“Rina!! Ayo cepat!!!” seru Leon sambil
mengenggam tangan Rina.
“Aku tak bisa secepat itu...” keluh
Rina seraya berhenti.
“Ayolah Rina. Aku tak mau kau
tertangkap sekarang! Kau masih ada janji sama mereka, kan???”
“Aku... Tak... Sanggup... Lagi... Maaf
ya, Leon.” Ucap Rina seraya melepaskan genggaman Leon. Leon sendiri berusaha
meraih tangan kecil itu saat sesosok Nightmare
menghancurkan dinding yang membuat mereka terpisah.
“RINA!!!” teriak Leon frustasi. Di
depan Rina terlihat Nightmare yang
bersiap untuk membunuhnya,
“Maaf...” sahut Rina pelan sebelum
menutup matanya, bersiap untuk menerima serangan kematiannya.
-Hening-
“...” Rina membuka mata, bingung sama
keheningan sesaat yang dialaminya. Di depannya terlihat seorang cewek dengan
seragam St. Merry Rose yang entah kenapa terasa familier dimatanya.
“Kau tak apa-apa??” tanya gadis
berambut perak itu kepadanya.
“I... Iya. Aku baik baik saja.”
“Kalau begitu, cepatlah pergi dari
sini! Di sini berbahaya!”
“Ah... Iya!!!” seru Rina seraya
berlari menjauh dari gadis itu.
Tunggu dulu, pikirnya. “Style anak
itu, kenapa seperti Lumi??” tanyanya dalam hati.
“Itu karena aku Lumi, Vanryr-chan.”
sahut Gadis berambut perak itu dari belakang.
“Hah!!! Kau Lumi??!!!”
“Iya.” jawabnya santai. “Lumi Eins
Light River, atau lebih sering dikenal dan tercatat sebagai Ayanokouji Hikari telah
hadir.”
“Ayanokouji... Hikari... Jangan-jangan
kau salah satu dari Elite di St.
Merry Rose?? Elite dengan julukan The
Idol Princess of Starlight??”
“Iya. Walau sebenarnya aku masih punya
julukan yang lain sih...”
“Heee... Yah, salam kenal, Lumi~”
“Salam kenal juga, Vanryr~”
“Hehehe...” keduanya tertawa pelan.
“Sudah. Ayo kita pergi, Rina-san,”
ajak Hikari kepada Rina.
“Iya...” Mereka berdua pun segera
pergi dari sekolah itu sambil mengalahkan Nightmare
yang menghadang. Rina kagum melihat begitu banyaknya Nightmare yang dikalahkan oleh Hikari.
“Nee, Hikari... Mungkin ini tidak
terlalu sopan, tapi mengapa kau masuk ke dalam Night Class?? Maksudku kan kau tahu tentang bagaimana susahnya Night Class, jadi aku kurang mengerti
mengapa kau bisa masuk atau terjebak dalam kelas itu...”
“Ooh... Kalau itu alasannya agak
rumit. Yah, kalau kita bisa keluar dari sini akan kuceritakan. Kalau kita bisa
sih...”
“Kalau kita bisa???”
“Nightmare
yang berada di Science Division benar-benar
membludak... Agak susah untuk mengalahkan semua secepatnya. Tapi, Elemental 6 yang lainnya sedang berusaha
kemari.”
“Elemental
6?? Apaan itu???”
“Elite
terpilih dari Night Class yang
menggunakan device khusus yang
menggunakan elemen sebagai sumbernya. Selain dari 6 Elite itu, terdapat satu grup yang memiliki kemampuan untuk
mengendalikan waktu dan ruang dimensi. Nah, grup itu bernama Midnight Traveler. Anggota dalam grup
itu juga memiliki device elemental
yang lebih kuat dari yang dimiliki oleh Elemental
6.”
“Midnight
Traveler??”
“Midnight
Traveler memang lebih jarang dikenal, tapi yang sudah melihat kemampuannya
pasti tidak akan menyangkal bahwa mereka lebih kuat dibandingkan anggota Elemental 6. Yah, 2 orang dari mereka
adalah kembaran dari aku dan Yami. Maksudku secara kekuatan.”
“Lalu anggotanya??”
“Terdiri dari Leadernya yaitu Water Knight,
Fire Berserker, Lightning Emperor, Earth Protector, Ice Master dan juga seorang cewek yaitu Wind Traveler.”
“Ooohhh...”
“Ah, ini dia! Kau akan melihat
kemampuan sebenarnya dari salah seorang Midnight
Traveler,” seru Hikari sambil membuat sebuah barrier yang mengelilingi mereka berdua.
“Seorang anggota Midnight Traveler?” tanya Rina, mencari keberadaan anggota MT.
Tanpa disadarinya, ada sesosok Nightmare
yang siap menyerang mereka berdua.
“Awas!!!” seru seseorang yang membuat
Rina kaget. Dia melihat sekelabat bayangan yang melompati barrier yang dibuat oleh Hikari dan menyerang Nightmare itu. Dengan satu serangan, Nightmare itu langsung hancur seketika.
“Kalian tak apa?” tanya gadis itu.
Terlihat mantel coklat muda berbordir hijau muda yang dihubungkan dengan pin clover hijau. Di tangannya terdapat naginata
(tombak dengan ujung berbentuk pisau) berwarna hijau muda-kuning yang berkilau.
“Trims atas pertolongannya, Windy-cchi~” sahut Hikari kepada gadis
misterius tersebut.
“You’re
welcome, Hikari -chan. Oh ya, ini siapa?” tanya gadis itu.
“Ah, dia temanku. Namanya Rina. Tapi
kau tahu dia di Miracle World Online.”
“Jangan-jangan, kau Vanryr? Pantas
saja rasanya seperti sudah mengenalmu tadi.” jawab si gadis itu.
“Eh, kenapa kau tahu namaku???” tanya
Rina bingung.
“Angin hanyalah seorang teman sekaligus
penunjuk jalan bagi seorang petualang di dunia yang kacau ini.”
“!!! Kau, Stella??”
“Yups. Usernameku Stella. Salam kenal, Rina-san~”
“Rina saja cukup. Oh ya, namamu
siapa?” tanya Rina dengan polosnya. Segera saja si Stella diam ditempat dan Hikari
ber-headbang ria ke tembok.
“??? Kenapa, Hikari??”
“Identitas Midnight Traveler adalah rahasia, bahkan bagi Elemental 6 sekalipun. Bukannya bermaksud untuk merahasiakannya
sih...” jawab Hikari setelah puas memukul kepalanya di tembok.
“Ohh...” angguk Rina walau dia sendiri
tidak mengerti. Tapi, mau gimana lagi... kan memang rahasia, pikirnya.
“Identitas seorang Midnight Traveler memang harus
dirahasiakan. Karena pada dasarnya kami para Dreamer tidak berasal dari dimensi ini,” ucap Stella tanpa
terdengar oleh kedua orang lainnya. (panggil saja dia Stella, nanti cerita
menyusul.).
“Ayo, kita pergi sebelum Nightmare mengejar!!” seru Stella sambil seraya berlari cepat,
menghalau semua Nightmare yang
mengejar mereka. Dan tentu saja, Rina dan Hikari mengikuti di belakangnya.
“... Stella, dia benar-benar kuat,
ya?” tanya Rina pada Hikari. Tangannya menggenggam handphone kepunyaannya.
“Tentu saja. Dia anggota Midnight Traveler, jadi tentu saja dia
kuat. Tapi... entah kenapa aku merasa dia agak berbeda... Apa mungkin karena
mantel itu, ya?”
“Memangnya kenapa dengan mantelnya?”
“Mantel Midnight Traveler,” kata Hikari, “memiliki kemampuan untuk
menyembunyikan penggunanya. Mantel itu juga dapat melindungi mereka dari
berbagai serangan... Yah, memang wajar... mengingat mereka menemukan sendiri
semua device dan berbagai magical item yang mereka miliki,
sih.....”
“APA?? Mereka menemukan sendiri semua
alat yang mereka gunakan??!!”
“Yup,” jawab Hikari. Dia menengok
Stella selama beberapa saat sebelum melanjutkan ucapannya. “Ini cuma rumor,
tapi aku mendengar kabar bahwa mereka pernah berkelana di berbagai dunia dalam
berbagai dimensi... Tapi, toh cuman rumor.... Walau kalau itu benar.... mungkin
aku akan minta mereka untuk mengajakku berkeliling dimensi.....”
“Ooh..... Iya juga, sih. Aku pasti
juga akan meminta itu jika boleh......” gumam Rina.
“Ah, sudahlah. Ayo kita bergegas, Windy-cchi bisa sangat cepat jika dia
mau...” ucap Hikari seraya berlari lebih cepat, Rina mengikuti di belakangnya.
- Skip Time... latar berganti menjadi
halaman sekolah-
-Oleh : Windy si Wind Traveler-
Halaman sekolah, itulah yang terlihat
di mata Rina saat mereka berlari. Dan memang tujuan mereka adalah halaman
tersebut. Di sana sudah terlihat sebuah pelindung besar berwarna orange yang berisi banyak siswa
sekolahnya. Terlihat seorang cowok berambut coklat dengan mantel seperti Windy
a.ka Stella kecuali punya cowok itu berwarna orange dan bukannya hijau sedang berkonsentrasi dalam
mempertahankan pelindung tersebut, ditemani dengan seorang cowok lain berambut
pirang yang mengenakan mantel yang sama hanya saja berwarna coklat-biru. Cowok
berambut pirang melihat Stella dan segera memanggilnya.
“Hei, Windy! Itukah siswa terakhir?
Cepat kemari!!! Raizo sudah siap untuk mentransfer mereka!!” seru cowok itu.
“Aku tahu itu, Aqua-nii!! Susah tahu bertarung di lorong yang notabenenya
sempit.... Untung aja aku sendirian.... Kalo banyak orang....” Stella merinding
membayangkan apa yang akan terjadi jika saja banyak orang bertarung di lorong
sekolah.... Jangan dibayangkan, pasti sesak tuh.
“Kalau gitu, cepet-AWAS!!!” seru cowok
yang dipanggil Aqua-nii itu kepada ketiga orang yang melintasi halaman. Sontak
saja ketiga orang itu menoleh ke angkasa. Dan, terlihat sebuah meteor besar
yang akan jatuh menimpa mereka.
“Dang
it!! Aqua-nii, bantu aku!!!” seru Stella seraya mengucapkan serangkaian
mantra sambil mengambil posisi menghadap meteor itu. Rina dan Hikari tetap
berlari menuju pelindung sementara Aqua berlari menuju Stella sambil merapalkan
mantra dan mengeluarkan pedangnya.
“Ayo, Windy/Aqua-nii! Blizzard Dragon, Stream!!!” seru mereka
berdua bersamaan, memunculkan sebuah naga berwarna turqouise yang bergerak naik menuju meteor tadi. Meteor tersebut
langsung hancur seketika saat bersentuhan dengan naga tadi. Tak ada pecahan
yang tersisa, hanya cahaya bagaikan kembang api saja yang tersisa.
“Kalian beruntung, dapat melihat
pertunjukan tadi.... Mereka berdua jarang menggunakan mantra summon itu... apa mereka lagi bosan,
ya???” ucap sang pemuda berambut coklat saat Rina dan Hikari telah memasuki
pelindung buatannya.
“Jarang??? Apa maksudnya???” tanya
Rina bingung.
“Mereka berdua sangat kuat. Yah, tak
bisa dipungkiri.... mereka adalah reinkarnasi Adam dan Eve di antara Dreamer. Original Dreamer, begitu kami menyebutnya.” Jawab si cowok itu.
“Ooh....” ‘Walau aku tak sepenuhnya
mengerti sih....’ pikir Rina.
“Oh ya, aku belum memperkenalkan
diriku, ya??” tanya cowok itu. “Aku Daichi, salah seorang member Midnight Traveler. Salam kenal,
Ayanokouji Hikari dan Rina Camilla,” ucap cowok itu sampai membuat Rina kaget.
“Ah, aku lupa memberitahukanmu.... Daichi
adalah anggota OSIS seluruh jurusan, makanya dia hapal semua nama dan jurusan
siswa yang ada di sini....” bisik Hikari. ‘Bilang dong dari tadi, aku kan jadi
mau kena serangan jantung, nih!!!’ pikir Rina jengkel.
Sementara mereka berlindung di dalam
pelindung, Stella dan Aqua sedang bahu membahu membantai Nightmare yang ada di halaman sekolah. Sangat banyak yang terbunuh
dalam pembantaian tersebut, sampai semua siswa anime sweatdrop melihat banyaknya darah yang memenuhi setiap bagian dari
halaman tersebut. Saat itulah, Rina melihat sesosok bayangan yang
mengendap-endap, mau menyerang kedua Dreamer
yang tak menyadari sosok itu dalam kericuhan pertempuran.
“Stella, di belakangmu!!!” seru Rina
kencang, handphone yang dipegangnya
tiba-tiba bersinar terang dan menyilaukan semua orang kecuali para Dreamer yang langsung mengenakan penutup
mantel mereka.
Saat tersadar, Rina segera melihat handphone yang dipegangnya. Terdapat
sebuah aplikasi baru yang terinstall di handphone
tercintanya tersebut. Langsung saja ia mencoba aplikasi tersebut.
“Cyberia,
log in. Summon Titania,” ucap Rina sambil mengaktifkan aplikasi tersebut.
Tiba-tiba saja muncul seorang peri anggun dengan rambut pirang dan baju hijau.
“Hah.... ini apaan???” tanya Rina
bingung. Tanpa disadarinya, sosok bayangan itu sudah berada di dekat Stella,
bersiap mau menusuknya dengan pisau pendek yang berukir aneh.
“Stella!!! Titania, bantulah aku!!!” seru Rina keras. Titania langsung menyerang bayangan tersebut menggunakan serangan
bertipe angin yang langsung melempar bayangan tersebut menjauh dari Stella.
“Eh??? Cyber Summoner???” ucap Hikari bingung sementara Rina memfokuskan
perhatiannya kepada aplikasi yang ada di handphonenya
tersebut.
“Titania,
Piercing Shower,” seru Rina kepada Titania
yang langsung menyerang bayangan itu. Bayangan itu langsung mati terkena
serangan bertubi-tubi dari Titania.
“.... Untunglah....” ucap Rina sebelum
dia pingsan, terlihat samar bayangan cowok yang menangkapnya sebelum dia tak
sadarkan diri.
-Skip Time, waktu : ???-
-Oleh : Aqua & Daichi-
“Ini di???” kata pertama yang terucap
oleh Rina saat dirinya tersadar di kamarnya. Di sekelilingnya terlihat Stella,
Aqua, Daichi, Hikari, dan tentunya Leon yang duduk di sekeliling meja kecil di
dalam ruangannya.
“Ah, Rina!!! Kau sudah sadar!!!” seru
Leon seraya memeluk Rina, yang segera saja langsung dibalas dengan pukulan
sayang(?) dari Rina yang masih setengah sadar itu.
“Berisik, dasar pervert,” ujar Rina jutek. Lalu, dia bertanya pada Hikari.
“Setelah aku pingsan, apa yang terjadi???”
“Umm....” Hkari melirik ke arah Stella
yang menganggukkan kepalanya, walau terasa aura gelap segelap tinta jepang yang
berasal dari Leon.
“Mari kita bilang jika seseorang yang
sangat memperhatikanmu mengamuk dan membantai Nightmare yang tersisa... Omong-omong soal Nightmare.....”
“?? Kenapa, Hikari???” tanya Rina
bingung.
“Umm.... ini,” ucap Hikari seraya
memberikan sebuah surat kepada Rina. Rina pun langsung membacanya dan terdiam. Tertera
di bagian bawah surat, sebuah kalimat.
“Maukah kau bergabung
dalam Night Class?”
--------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Akhirnya setelah vakum berapa tahun.... Mimin berencana aka melanjutkan 4 Leaf Clover!!! Soalnya kan awalnya cerita putus.... nanti kalo stuck dulu baru nyendat//plakk
Sebelum Mimin gila.... RnR yaw~
--------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
November 4th, 2014
16.23 P.M
Admin, Log out
0 komentar:
Posting Komentar